,RADIO STREAMING SEHATI - Beberapa jajanan tradisional Indoenesia memang punya tekstur yang sekilas mirip, seperti yang dua ini kue mangkok vs kue apem. Sebagai kue mangkok karena bentuknya yang unik, memiliki bentuk bulat persis seperti sebuah cawan atau mangkuk. Pada bagian atasnya, kue mangkok mekar seperti sebuah bunga yang sedang merekah.
Jika mengulas sejarah kue mangkok maka keberadaannya di Indonesia memiliki keterkaitan dengan tradisi masyarakat Tionghoa.Karena kisah kue mangkok sejatinya datang dari China Selatan pada sekitar abad ke-17 ke Indonesia. Para pedagang China yang melakukan hubungan bisnis dengan Nusantara yang membawa kuliner ini.
Kisah tetang mangkok vs kue apem, kue mangkok merupakan bagian dari makanan saat perayaan Imlek. Dihidangkan dengan berwarna-warni sebagai simbol kemakmuran, kesejahteraan, dan kebahagiaan. Saat terhidang, jumlah kue mangkok harus ganjil. Misalnya, terhidang dalam jumlah 3,5,7, atau 9. Angka ganjil ini punya karakteristik dalam budaya China.
Angka 3, adalah lambang dunia dan akhirat. Sedangkan, angka ganjil di atas angka 3 merupakan penanda bagi seseorang memiliki kemampuan merayakan upacara Imlek. Selanjutnya, kue mangkok yang merekah usai dikukus adalah simbol harapan dalam kehidupan. Kue mangkok terdiri dari campuran tepung beras, tepung terigu, gula, ragi, santan, dan terkadang tape singkong. Kue mangkok dikukus hingga matang, dan ciri khasnya adalah merekah di bagian atas serta tekstur yang sedikit lebih berat.
Kisah Kue Apem
Banyak orang meyakini kue apem berasal dari bahasa Arab yaitu "affuan" atau "afuwwun" artinya pengampunan. Masyarakat Jawa yang kesulitan mengucap kata affuan kemudian menyederhanakannya dengan sebutan apem. Kue apem diperkenalkan oleh Ki Ageng Gribig, seorang keturunan Prabu Brawijaya yang kembali dari perjalanan ke tanah suci dengan membawa kue apem.
Ki Ageng dan salah satu murid Sunan Kalijaga kemudian membagikan kue apem tersebut ke masyarakat sekitar. Sejak saat itu, membagikan kue apem menjadi budaya masyarakat Jawa untuk mengungkapkan rasa syukur dan momen-momen penting lainnya termasuk penyambutan satu Muharram atau satu suro. Dalam filosofi Jawa, kue apem adalah simbol pengampunan atau permohonan ampun dari berbagai kesalahan. Karena sebagai simbol pengampunan, kue apem juga menjadi kue wajib untuk acara megengan menyambut Ramadan atau acara-acara lain yang meminta pengampunan sekaligus mengungkapkan rasa syukur.
Kue apem dan kue mangkok, meskipun sekilas nampak serupa, memiliki perbedaan dalam tekstur dan cara pembuatannya. Kue apem, baik yang panggang maupun kukus, cenderung memiliki tekstur yang lebih ringan dan lembut, tetapi tidak selalu merekah. Sementara kue mangkok, yang juga kukus, memiliki ciri khas merekah di bagian atas dan teksturnya sedikit lebih berat.
Kue apem beragam bentuknya, bisa seperti mangkuk kecil, kerucut (apem conthong), atau lingkaran padat. terbuat dari tepung beras, gula, ragi, dan kelapa, dengan proses fermentasi untuk menghasilkan tekstur yang lembut ringan dan berongga tetapi tidak selalu merekah. Kue apem dapat panggang atau kukus.
Adonan kue tersebut bisa memiliki konsistensi yang berbeda tergantung pada jenisnya (misalnya, apem kukus, apem panggang, atau apem selong).
Meskipun ada perbedaan, baik kue apem maupun kue mangkok adalah kue tradisional Indonesia yang lezat dan banyak yang sukai.***