RADIO STREAMING SEHATI - Sunat, atau dalam bahasa medis disebut dengan sirkumsisi, sejatinya adalah tindakan membuang sebagian atau seluruh kulit penutup bagian depan kelamin. Pada anak laki-laki, tindakan ini dilakukan dengan membuang kulit penutup depan dari glans penis, atau dikenal juga dengan nama prepusium. Tujuannya, adalah untuk menjaga agar kemaluan bersih dari tumpukan lemak yang terdapat di lipatan kulit prepusium (dikenal sebagai smegma), menurunkan risiko infeksi saluran kemih, infeksi pada penis, maupun risiko mengalami penyakit menular seksual pada usia dewasa.
Dilansir radiostreamingsehati.com dari laman resmi ciputrahospital.com, hal ini karena sunat berfokus pada struktur penis, yang tidak relevan dengan anatomi anak perempuan. Sunat pada anak perempuan menjadi praktik yang dilarang di banyak negara karena bisa menyebabkan masalah kesehatan.
Sementara itu, sejumlah orang menganggap bahwa bayi perempuan bisa menjalani prosedur sunat sebagai tradisi untuk menjaga 'kesucian' anak saat dewasa nanti. Sunat pada bayi perempuan atau Female Genital Mutilation adalah prosedur yang mengangkat sebagian atau seluruh alat kelamin eksternal perempuan. Namun tindakan ini dinlai termasuk pelanggaran hak asasi manusia dan memiliki dampak buruk untuk kesehatan pada bayi perempuan.
Dari informasi yang berhasil dihimpun, prosedur sunat bayi perempuan terbagi atas beberapa jenis, seperti:
Tipe 1: pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar klitoris.
Jenis tipe 2: pengangkatan sebagian atau seluruh labia minora dan kelenjar klitoris.
Jenis tipe 3: penyempitan lubang vagina dengan memotong labia minora.
Tipe 4: semua prosedur berbahaya pada alat kelamin wanita untuk tujuan non-medis, misalnya menindik, menusuk, memotong, dan membakar area kelamin.
Praktik sunat pada bayi perempuan memang masih terjadi di beberapa negara. Masih banyak klinik maupun rumah sakit yang menyediakan praktik ini karena mereka percaya bahwa sunat pada bayi perempuan lebih aman jika dilakukan secara medis.
Padahal, sunat pada bayi perempuan dinilai oleh sejumlah ahli kesehatan merupakan tindakan berbahaya dan tidak memiliki manfaat kesehatan, dan dapat mengakibatkan beberapa hal negatif seperti mengalami pendarahan yang hebat, gangguan buang air kecil, risiko terkena kista hingga meningkatkan risiko kematian bayi baru lahir. Umumnya, luka sunat pada bayi perempuan membutuhkan waktu sekitar 10 hari untuk sembuh. Sementara itu, sunat bayi laki-laki cenderung lebih lama setidaknya 1 bulan.
Meskipun beberapa pihak masih memandang sunat pada bayi perempuan sebagai tradisi untuk menjaga 'kesucian,' nyatanya praktik ini telah dilarang di banyak negara, termasuk Indonesia. Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 tentang Pelaksanaan UU Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan. tercantum pada pasal 102. Isi dari pasal 102 dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 17 Tahun 2023 mengenai sebagai salah satu upaya kesehatan reproduksi bayi, balita, dan anak prasekolah yaitu menghapus praktik sunat perempuan.
Ciputrahospital.com juga dalam sebuah tulisannya menjelaskan mengenai bahaya sunat untuk perempuan yakni:
1. Sulit Buang Air Kecil
Dampak sunat pada anak perempuan adalah mengalami kesulitan buang air kecil. Kondisi ini dapat terjadi akibat penyumbatan uretra dan infeksi saluran kemih.
Beberapa gejala lainnya bisa berupa nyeri perut bagian bawah dan sering buang air kecil dalam jumlah kecil. Apabila kondisi ini semakin memburuk, segera periksakan ke dokter untuk mendapatkan tindakan medis yang sesuai.
2. Gangguan Menstruasi
Salah satu dampak sunat pada anak perempuan adalah bisa mengalami gangguan menstruasi saat remaja dan dewasa. Gangguan ini memiliki gejala, seperti kram yang menyakitkan, pendarahan hebat, atau tidak mengalami pendarahan sama sekali.
3. Masalah Kesehatan Vagina
Bahaya sunat bagi anak perempuan mampu meningkatkan risiko masalah kesehatan vagina. Kondisi ini terdiri dari berbagai penyakit, seperti vaginosis bakterialis, klamidia, dan pendarahan vagina. Gangguan pada vagina bisa menyebabkan stres dan memengaruhi rasa percaya diri. Bahkan, kondisi ini bisa menambah risiko masalah kesuburan.
4. Gangguan Kesehatan Seksual
Perbedaan bayi perempuan yang disunat dan tidak disunat dapat diketahui dengan adanya pemotongan kulit penutup klitoris. Kondisi ini bisa meningkatkan risiko terjadinya kelainan kesehatan seksual, seperti hilangnya hasrat atau minat terhadap seks.
Gangguan kesehatan seksual juga berkaitan dengan perubahan fisik yang memengaruhi keintiman. Kondisi ini menimbulkan rasa sakit saat berhubungan intim sehingga membuat Anda tertekan.
5. Adanya Komplikasi Persalinan
Bahaya sunat untuk perempuan selanjutnya adalah adanya komplikasi persalinan. Komplikasi ini dapat berupa robekan perineum, masalah dengan tali pusar, dan ketuban pecah lebih awal.
Jika mengalami komplikasi persalinan, dokter merekomendasikan perawatan medis segera mungkin untuk mencegah masalah kesehatan yang semakin parah. Oleh sebab itu, bayi perempuan sebaiknya tidak menjalani prosedur sunat.***